Tangkis LGBT Sejak Dini Ala Rasulullah SAW

logo lgbt

Kata LGBT lebih familiar dibandingkan homoseksual, meskipun homoseksual merupakan bagian dari LGBT itu sendiri. Yang perlu diwaspadai, isu ini berkembang viral underground. Kita sering menganggap sepele isu LGBT yang sedikit demi sedikit mulai meluas di masyarakat.

Jelang akhir zaman ini, Jangan Lewatkan NASIHAT BUAT YG MERASA KIAMAT MASIH LAMA fitnah yang melanda keluarga kita telah datang gelombang demi gelombang. Salah satunya adalah kehebohan munculnya keberadaan golongan Lesbian-Gay-Bisexual-Transgender (LGBT) secara agresif dan masif.

Para pendukung LGBT  menaruh eksistensi mereka di balik perisai Hak Asasi Manusia.

LGBT bukan satu hak, tetapi nafsu yang disalurkan melalui cara dan jalan yang salah. Ia tidak bisa dianggap suatu hak asasi karena ia bukan fitrah manusia dan jika difikir dengan akal sehat pasti akan bertentangan dan tidak setuju dengan LGBT.


Hak bagi seorang manusia seharusnya dapat memartabatkan kemuliaan dirinya sebagai makhluk di sisi Pencipta dan juga mendatangkan manfaat bagi seluruh manusia.

Hak asasi manusia bukan berarti menjatuhkan maruah diri dan kemuliaan diri dengan perbuatan yang bertentangan dengan fitrah dan dapat membinasakan diri sendiri serta manusia lain.

Dari namanya saja sudah jelas tidak adil alias zalim. Sebab Hak selalu berimbang dengan Kewajiban. Kalau ada Hak Asasi Manusia tentu saja juga harus ada Kewajiban Asasi Manusia.

Kasus yang melibatkan politikus, artis, pernikahan sejenis, akun medsos yang memposting gambar tak senonoh anak-anak di bawah umur, sampai kecolongan sebuah keluarga yang menikahkan putri kesayangan mereka dengan seorang laki-laki yang baru ketahuan berjenis kelamin perempuan setelah beberapa jam akad nikah berlalu, semua membuat kita tersentak waspada.

Sebagai Umat Islam. Islam mendidik kita untuk tetap optimis. Kalau pesismis segera pelajari lagi ajaran agama kita. Sebab Al-Qur’an dan As-Sunnah adalah pegangan hidup yang sempurna. Jadi tetaplah tenang dan terus berusaha tampil sebagai pemenang.

Hikmah di balik fitnah dalam hal ini adalah satu hal yang tidak terbantahkan lagi: ajaran Islam semakin penting ditanamkan sejak dini dalam benak anak-anak kita. Tak ada lagi kata-kata “Nanti”, “Ntar” dan “Tunggu”.

Nah, LGBT yang haram ini (sebab ada juga lho LGBT yang halal, yaitu: Lelaki Ganteng Banyak Tilawah), harus ditangkis di Sekolah Pertama dan utama bagi anak-anak kita, yaitu RUMAH.

Konsepnya cukup sederhana: ajarkan pada anak laki-laki bagaimana menjadi laki-laki dan ajarkan pada anak perempuan bagaimana menjadi perempuan. Orangtua harus mampu membedakan segala hal berdasarkan gender: mulai dari hal bersifat material seperti mainan, permainan, tontonan, bacaan, dan pakaian, sampai ke hal bersifat non material seperti tanggung jawab dan cara bersikap. Bila kita mengikuti fitrah, Insya Allah tidak sulit melakukannya.

Satu hal yang banyak kita lupakan adalah mempersiapkan anak bahwa suatu saat mereka akan menjadi seorang ayah dan ibu juga. Ajarkan pada mereka bahwa menikah adalah kesempurnaan dalam beragama. Setiap orang boleh punya berbagai cita-cita, namun bagi seorang muslim ada satu cita-cita yang sudah pasti harus diraih bila sudah tiba saatnya: berumah tangga.

Bagaimana bila terlanjur punya anak laki-laki yang kemayu atau anak perempuan yang gagah? Silahkan mengikuti kisah Rasulullah Muhammad Shalallahu alaihi wassalam menangkis sifat kemayu sahabat Al-Khawat bin Jubair dengan segera dan tidak menunggunya menjadi penyakit yang parah.

Menarik untuk menyimak metode yang dilakukan Rasulullah: tegas dan konsisten tapi tetap mengedepankan kasih sayang.

Al-Khawat bin Jubair adalah lelaki kemayu yang senang berkumpul dengan perempuan. Walau tidak membahayakan, namun hal itu tentu kurang sesuai dengan ajaran Islam. Suatu hari Rasulullah Shalallahu alaihi wassalam bertemu dengan Al-Khawat yang sedang duduk bersama para wanita…

Rasul bertanya, “Wahai Abu Abdillah (panggilan Al-Khawat), sedang apa engkau bersama para wanita ini?”

Dengan perasan malu, Al-Khawat menjawab, “Mereka sedang memintal tali untuk untaku yang suka kabur, ya Rasulullah…”

Namun Al-Khawat masih senang berkumpul dengan para wanita, maka ketika bertemu lagi, Rasulullah bertanya, “Hai Abu Abdillah, apakah unta yang suka kabur itu tidak pernah meninggalkanmu?”

Jelas Rasul bergurau, sebab mana ada unta yang kabur tidak pernah meninggalkan tuannya? Namun Al-Khawat mengerti, Rasul menyindirnya. Beliau bermaksud bertanya, mengapa bila untanya kabur, Al-Khawat tidak mencarinya, melainkan tetap bersama para wanita itu?

Sejak itu Al-Khawat merasa malu bertemu Rasul. Sebab Rasul selalu menanyakan hal yang sama. Pernah Rasul menungguinya shalat. Al-Khawat sengaja berlama-lama shalat. Maka Rasul pun berkata sambil tersenyum geli, “Jangan lama-lama, aku menunggumu…”

Selesai shalat, Rasul menanyakan hal yang sama, tetapi dengan sangat malu Al-Khawat pamit pulang dan tidak menjawab…

Karena selalu ditanya begitu setiap kali bertemu Rasulullah, akhirnya Al-Khawat menjawab, “Demi Allah, Zat yang mengutusmu dengan kebenaran, unta itu tidak lari lagi semenjak aku masuk Islam…”

Rasulullah mendoakannya, ”Mahabesar Allah, Mahabesar Allah. Ya Allah, berilah petunjuk kepada Abu Abdillah…”

Sejak itu Al-Khawat menjadi muslim yang sangat baik.

0 Response to "Tangkis LGBT Sejak Dini Ala Rasulullah SAW"

Post a Comment

Advert

addvert